RSS

‘Mengeluh Adalah Pekerjaan Sia-sia’

Sebenarnya manusia itu tidak pantas untuk mengeluh. Kenapa? Karena manusia diberikan banyak potensi oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di bumi. Mereka diberikan sepasang mata yang bisa melihat seisi dunia, sepasang telinga untuk mendengarkan, sepasang tangan yang kekar untuk bekerja, sepasang kaki untuk berjalan kemanapun mereka mau, hidung untuk menghirup nafas, mulut untuk berbicara dan makan, dan organ-organ tubuh dalam yang nilainya tak terkira. Belum lagi, Allah menciptakan otak untuk kecerdasan manusia itu sendiri. Kecerdasan inilah yang nantinya digunakan manusia untuk menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi.

Jika mereka masih saja mengeluh dengan segala kondisi yang diberikan oleh Allah SWT, maka mereka tak lebih dari orang-orang yang bodoh. Mengapa? Mengeluh sama sekali tidak memberikan faedah apapun kecuali merugikan diri sendiri. Rugi tenaga, rugi waktu, rugi pikiran. Apakah dengan mengeluh tiba-tiba masalah yang dihadapi akan selesai? TIDAK. Apakah dengan mengeluh hati akan merasa tenang? Tentu saja TIDAK. Kesimpulanya adalah mengeluh membuat capek karena selalu mengeluarkan kalimat-kalimat keluhan yang tiada guna, mengeluh hanya buang-buang waktu karena saat manusia mengeluh mereka tidak akan berbuat apapun untuk memperbaiki keadaan dan fokus pada keluhannya, mengeluh tentu saja menyita pikiran dan jika dibiarkan terlalu lama akan membuat kepala menjadi stress.

Hakikatnya mengeluh tidak akan merubah apapun yang sedang dihadapi. Masalah tidak akan pernah selesai jika tidak dicari pemecahannya. Beban-beban berat yang ditanggung pun bahkan menjadi berat dirasakannya. Siapapun yang selalu saja mengeluh, maka ia menguburkan dalam-dalam potensi yang ia miliki. Ia lebih percaya bahwa hidup akan lebih tenang jika masalah tak ada daripada memaksimalkan dirinya untuk bertarung melawan masalah-masalah yang merintangi kehidupan ini. Padahal disadari atau tidak, masalah akan senantiasa ada bagi orang-orang yang masih menghembuskan nafasnya di dunia ini. Allah SWT akan selalu memberikan ujian-ujian pada hamba-Nya untuk mengetahui siapakah yang beriman dan yang tidak.
Bersemangatlah! Bertindaklah! Hidup ini tak aka nada artinya jika melulu diisi dengan keluhan-keluhan yang tak berarti. Selain tak mensyukuri nikmat Allah, juga membiarkan diri sendiri jadi bagian orang-orang yang tak berguna. Jangan biarkan apapun menghalangi tujuan, termasuk keluhan-keluhan yang keluar dari bibir. Setiap penyakit ada obatnya, dan segala masalah pun pasti ada jalan keluarnya.
Tapi jika masalah yang dihadapi sungguh sulit dirasakan, kembalikan segala urusan pada Allah SWT karena kepada Allah tempat berkeluh kesah manusia. Allah lah yang menjadikan masalah pada semua hamba-Nya, maka Allah jua yang akan memberikan jalan keluar masalah tersebut. Pikirkan ulang kembali bila ingin mengeluh, lihatlah kehidupan di bawah, masih banyak orang yang sejatinya pantas untuk mengeluh tapi tak sempat mereka lakukan karena kehidupan yang banyak permasalahan lebih suka mereka jalani.
Masih pantaskah untuk mengeluh?

Sumber: http://www.hadila.com

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 20, 2012 inci Motivasi

 

Tag: , , , ,

‘Ketersediaan infrastruktur Belum Optimal’

Penyediaan infrastruktur di Indonesia masih belum optimal dan sepenuhnya melayani kebutuhan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan jaringan jalan eksisting, pemenuhan air bersih, irigasi, maupun infrastruktur lainnya. Tiga indikator yang menjadi acuan pembangunan infrastruktur yakni kebutuhan manusia, jumlah penduduk, serta aktivitas manusia itu sendiri. Demikian diungkapkan Direktur Bina Program dan Kemitraan Kementerian PU Rido Matari Ichwan dalam Talkshow “Peduli Lingkungan, Peduli Tata Ruang” di RRI Pro3 FM Jakarta (2/11).

Ditambahkan Rido, dalam membangun infrastruktur dimulai dari perencanaan tata ruang, penyusunan program, detail desain hingga penetapan biaya. Namun berbicara infrastruktur di Indonesia, merupakan yang paling rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara baik ketersediaan maupun kualitas. Hal ini lebih disebabkan masih adanya ketidakmerataan dalam penyediaan infrastruktur antara wilayah barat dan timur Indonesia.

Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas Deddy Koespramoedyo menambahkan, pendekatan perencanaan infrastruktur harus didasarkan atas kebutuhan dari masing-masing daerah dalam kurun waktu yang telah ditetapkan. Kemudahan dalam penyediaan infrastruktur merupakan aspek utama penarik minat investor. Namun kualitas infrastruktur yang belum optimal dan regulasi yang ada seringkali menyulitkan investor, atau setidaknya membuat investor masih ragu untuk masuk.

Kondisi tersebut menjadi bukti bahwa alkselerasi pembangunan infrastruktur merupakan hal yang amat mendesak untuk diprioritaskan. Infrastruktur yang memadai akan memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, imbuh Deddy.

Menurut Rido, pembangunan infrastruktur tidak serta merta dilaksanakan tanpa adanya acuan yang jelas. Dalam arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pembangunan baik nasional maupun daerah harus mengacu pada Rencana Tata Ruang (RTR) Wilayahnya.

Selain itu, terkait infrastruktur RTRW merupakan acuan penting karena berfungsi sebagai arahan dan batasan dalam pembangunan dengan mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan. Selain sebagai arahan dan batasan dalam pembangunan, RTRW daerah juga memiliki peran penting dalam kerangka investasi di daerah.

“Perlu disadari selain pentingnya sinergi rencana pembangunan (RPJP dan RPJM) dengan RTRW, harus ada upaya lain untuk mendorong investasi di suatu daerah. Antara lain kepastian penegakan hukum, kemudahan pembebasan lahan, akses publik yang mudah terhadap dokumen rencana tata ruang, termasuk kreativitas dan inovasi pemerintah daerah untuk mendorong kegiatan investasi di daerahnya,” ujar Rido. (nik)

Sumber : admintaru_031111

http://www.penataanruang.net/detail_b.asp?id=1770 disunting dari http://ilmutatakota.wordpress.com/

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 20, 2012 inci Urban Planning

 

Tag: , , , , , , ,

‘URGENSI PENYEDIAAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG BERMAIN ANAK DI PERKOTAAN’

Perkembangan kota yang pesat, menyebabkan banyak masalah, salah satu diantaranya adalah terjadinya perubahan fungsi lahan. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh Pemerintah kota dan pihak swasta adalah merubah fungsi ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun. Dampak dari kesemuanya itu adalah hilangnya fasilitas umum yang biasa digunakan oleh warga, salah satu diantaranya adalah hilangnya fasilitas tempat bermain anak (Saragih, 2004).
Faisal (dalam Saragih, 2004) menyatakan bahwa:
“ …Pemerintah hanya menginginkan sisi komersial dari setiap pembangunan ruang bermain itu, bukan semata-mata memberikan hak yang sepatutnya di terima masyrakat, khususnya bagi anak-anak. Sebenarnya bagi anak-anak sendiri, ada atau tidak adanya ruang bermain, tidaklah begitu menjadi masalah, sebab secara alami, mereka telah memiliki kemampuan menemukan ruang bermainnya sendiri, tetapi masalahnya ruang bermain itu kondusif atau tidak adalah tanggung jawab orang dewasa…”
Pemerintah dan sebagian masyarakat menganggap bahwa ruang terbuka sebagai tempat bermain bukanlah sesuatu hal yang penting. Bahkan beberapa fakta menunjukan akibat dari perkembangan kota maka ada kecenderungan untuk melakukan perubahan fungsi ruang, dan yang paling sering terkena dampaknya adalah ruang bermain (Saragih, 2004).
Isu tentang semakin minimnya ruang terbuka di tengah kota akibat peruabhan fungsi bukan isapan jempol semata. Hal ini terjadi di hampir semua kota besar di Indonesia. Jika mengacu pada UU 26/2007 tentang penataan ruang, maka proporsi RTH seharusnya 30% yang merupakan kombinasi RTH publik dan privat, baik RTH aktif atau pasif. Sebagai gambaran, Toro (2011) menjabarkan bahwa proporsi luas RTH Jakarta baru sekitar 9,8 persen (kompas.com 25 April 2011), Medan sekitar 8 persen (hariansumutpos.com 5 Oktober 2010), Bandung sekitar 11 persen (Pikiran Rakyat Online 23 Februari 2011), Makassar sekitar 15 persen (mediaindonesia.com 21 Februari 2011), Solo sekitar 18 persen (republika.co.id 12 Mei 2011), dan Malang sekitar 17 persen (mediaindonesia.com 27 Maret 2011).
Padahal RTH tersebut, terutama RTH aktif yang biasanya diwujudkan sebagai taman publik, merupakan wadah bermain anak-anak yang kondusif. Lebih jauh lagi, bahkan ruang bermain pada ruang terbuka tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh anak saja, tapi juga untuk berbagai kalangan. Meski begitu, sebenarnya anak-anak tetap membutuhkan ruang bermain khusus yang sifatnya terbuka dan memang benar-benar ditujukan untuk mereka. Minimnya ruang bermain anak di perkotaan tercermin dari banyaknya anak-anak yang bermain di tempat- tempat yang bukan semestinya tempat bermain seperti di jalanan, bantaran kali, dan tempat yang kurang pas. Trend yang berkembang saat ini memang permainan anak-anak yang sifatnya di ruang terbuka akhirnya tidak populer dan mendorong anak-anak menjadi cenderung pasif dan individualis.
Situasi yang memprihatinkan ini memaksa anak-anak bermain di tempat bermain khusus dan tidak menggunakan tempat bermain di ruang terbuka yang merupakan sebuah ruang publik yang nyaman, karena memang tidak ada lagi ruang terbuka untuk bermain. Sering kita lihat banyak anak-anak bermain bola di jalanan beraspal, yang membahayakan nyawa mereka. Berkurangnya ruang terbuka publik ini tidak saja merupakan persoalan pakar lingkungan, tetapi menjadi beban psikologis masyarakat kota akan kebutuhan ruang sebagai aktualisasi diri (Sukawi, 2007). Maraknya pembangunan gedung (mall, ruko, kantor) semakin meminggirkan anak-anak yang sangat membutuhkan ruang terbuka hijau untuk tempat bermain. Kecenderungan anak-anak untuk memilih permainan modern yang tidak menuntut ruang spasial khusus bagi mereka tentu akan mempengaruhi psikologis perkembangan mereka nanti. Buruknya perkembangan ini pada anak tidak terlepas pada kemampuan pemerintah menyediakan ruang bermain khusus bagi anak tersebut.
Pentingnya ruang bermain bagi anak-anak di kota, seperti diungkapkan Pearce (1980, dalam Sukawi, 2007), ruang bermain merupakan tempat dimana anak-anak tumbuh dan mengembangkan intelegensinya. Tempat dimana mereka membuat kontak dan proses dengan lingkungan, serta membantu sistem sensor dan proses otak secara keseluruhan. Dari tempat bermain pula, anak belajar sportivitas, disiplin dan mengembangkan kepribadiannya.

Sumber: http://ilmutatakota.wordpress.com/

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 20, 2012 inci Urban Planning

 

Tag: , , , , , , , ,

Peta….????,bisa apa..????

Aku peta..,aku peta..,aku peta

Bagi para penggemar dora sejati pasti tahu potongan syair diatas. Dalam acara Dora The Explorer, Si Peta mempunyai peran yang penting dalam setiap petualangan Si Dora. Peta dapat menunjukan dimana langkah Dora akan diarahkan.

Peta merupakan salah satu alat menunjuk arah. Dengan peta kita dapat tahu dilokasi mana kita berada atau kemana arah kita bila hendak menuju kesuatu tempat namun tidak tahu dimana tempat itu berada. Itulah manfaat peta yang pernah kita pelajari ketika SD lalu.

Apakah hanya itu saja manfaatnya?, jika pertanyaan itu ditanyakan kepada Mahasiswa Planologi jawabannya “TIDAK!”,peta bisa berarti lebih.

Dalam bidang perencanaan kota dan wilayah, peta merupakan salah satu alat perencanaan. Mengapa demikina?, karena dengan peta dapat menunjukan lokasi-lokasi mana yang harus direncanakan. Contohnya adalah dalam perencanaan kawasan rawan bencana banjir. Peta dapat menunjukan daerah mana yang termasuk kedalam daerah rawan bencana banjir, sehingga perencanaan yang disusun pun dapat tepat pada daerah tersebut.

Peta juga dapat menjadi alat analisis yang cukup efektif dalam proses perencanaan. Contohnya adalah analisis kepadatan penduduk. Jumlah kepadatan penduduk dalam satu kawasan dapat dipetakan, sehingga dapat terlihat daerah/ kawasan mana saja yang memiliki kepadatan penduduk dengan jumlah yang padat. Hasil dari analisis kepadatan jumlah penduduk adalah rencana distribusi penduduk dengan tujuan untuk mengurai kepadatan jumlah penduduk pada suatu kawasan.

Ada banyak cara untuk membuat peta, bisa dengan langkah manual atau pun menggunakan software pembuatan peta. Salah satu software pembuat peta yang sering digunakan adalah ArcGIS. Penggunaan software ArcGIS dapat menghasilkan peta yang skalatis, mudah dibaca, dan bermanfaat.

Tidak banyak orang yang bisa mengaplikasikan software ini. Salah satu yang bisa menggunakan aplikasi ini adalah mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mahasiswa Planologi/ Perencanaan Wilayah dan Kota UNS diberikan bekal berupa keahlian menggunakan aplikasi ini. Berikut merupakan beberapa hasil karya mahasiswa Planologi UNS

Gambar

Peta Distribusi Rumah Berdasarkan Kondisi Saluran Drainase di Kelurahan Tegalharjo Kota Solo

Gambar

Peta Distribusi Rumah Berdasarkan Status Lahan di Kelurahan Tegalharjo Kota Solo

Dengan semakin berkembangnya kota-kota di Indonesia dibutuhkan pula perencanaan yang dapat mengakomodir perkembangan tersebut. Peta merupakan cara untuk memvisualisasi perencanaan yang telah disusun. Melihat pentingnya peran peta dalam setiap perencanaan kota dan tidak banyak orang yang dapat membuat peta digital, maka kami menawarkan kerja sama bagi pihak-pihak yang membutuhkan peta untuk perencanaan wilayah atau kota. Kami adalah tenaga-tenaga yang terlatih dan memiliki pengalaman yang mumpuni.

Salam,
Tanuda (Mahasiswa Planologi UNS)

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 20, 2012 inci Urban Planning

 

Tag: , , , , ,

MENEMUKAN ALLAH DALAM KESULITAN

Dalam sebuah sesi training motivasi, trainer meminta seluruh peserta untuk melakukan sebuah simulasi. Seluruh peserta diminta untuk berdiri. Masing-masing diminta untuk mencari pasangan dan berdiri berhadapan. Salah satu (orang pertama) bertugas mengabarkan sebuah berita terburuk bagi pasangan simulasi didepannya (orang kedua). Lawan bicara (orang kedua) harus menjawab kabar tersebut dengan jawaban: “Subhanallah, bagus itu, …(disusul dengan alasan atas jawaban tersebut).
Dimulailah simulasi menarik ini. Dari orang pertama didapat beberapa kabar. Ada yang berkata, “Pak, anda dinyatakan positif terkena kanker otak stadium empat”, ada pula yang berkata, “Pak, Istri anda mencintai saya”, dan bermacam kabar ’mengejutkan’ lainnya. Yang menarik dari simulasi ini terletak pada respon yang didapat dari orang kedua. Pernyataan yang dikabarkan oleh pihak pertama begitu mudah ditemukan. Namun respon dari pihak kedua sulit untuk didapatkan. Kebanyakan peserta tergagap saat harus menanggapinya. Hanya sebagian kecil saja yang mampu menanggapi dengan lancar, itu pun dengan nada dan intonasi yang ragu dan lemah.
Setelah simulasi selesai dijalankan, trainer memberikan debrief (evaluasi/menuju simpulan bersama). Peserta mengungkapkan perasaannya setelah simulasi. Kebanyakan dari peserta yang berperan sebagai orang kedua merasa demikian sulit menerima kabar buruk dengan ucapan syukur.
Cerita itu, sedikit banyak mampu memberikan gambaran bahwa kebanyakan manusia tidak pernah bisa menerima sebuah kesulitan, kesedihan yang menimpanya. Menganggap kesulitan sebagai sebuah keburukan, suatu hal yang negatif, yang dihindari dan disayangkan tatkala menjumpai atau menghampiri. Dan menganggap lazim saat merespon kesulitan itu dengan segala keluh kesah, depresi, dan keputusasaan

Manajemen Pemeliharaan Sang Khalik
Sebagai pencipta makhluk, Allah adalah dzat yang paling mengenal manusia hingga pada hal-hal yang baik atau yang buruk bagi manusia. Allah memelihara makhluknya. Allah memelihara manusia bukan saja dengan kegembiraan tetapi juga dengan kesedihan. Allah mengurus kita tidak hanya dengan kenikmatan tetapi juga dengan penderitaan. Tujuannya supaya kita bisa mencapai perkembangan yang baik. Orang-orang yang tidak pernah dipelihara dengan penderitaan biasanya tidak berkembang ke arah kesempurnaan. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Meraih Cinta Ilahi mengingatkan bahwa kebaikan Allah kepada kita jauh lebih besar daripada ujian-Nya dan kebaikan Allah itu tak pernah berhenti.
Kesusahan dan kesulitan yang menimpa manusia tidak selalu harus disikapi dengan keluh kesah, karena setiap kesulitan belum tentu jelek akibatnya. Bisa jadi, kesulitan yang dihadapi manusia justru membawa kebaikan dan hikmah yang positif. Ada ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa pemahaman manusia tentang akibat dari suatu kejadian sangatlah  terbatas, yang tahu secara keseluruhan hanyalah Allah Swt. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS.Al Baqarah 2: 216).
Ada sebuah ungkapan, ”sometimes accident is not accident at all.” Kadangkala kecelakaan itu sama sekali bukan kecelakaan. Kesulitan itu sama sekali bukan kesulitan. Umar bin Khathab r.a pun pernah berkata, “aku tidak peduli atas keadaan susah dan senangku, karena aku tidak tahu manakah di antara keduanya itu yang lebih baik bagiku.” Dari kalimat itu terlihat benar ketenangan dan kedamaian jiwa yang dimiliki Umar bin Khathab karena pemahaman yang baik dan kokohnya keyakinan pada Allah. Keyakinan bahwa Allah yang paling tahu, apa yang terbaik bagi hambanya. Bahwa Allah adalah penghulu kasih sayang dan kebijaksanaan. Dan  bahwa beserta kesulitan ada kemudahan.

Beserta Kesulitan Ada Kemudahan
Banyak kesulitan dalam hidup ini. Banyak pula manusia yang gagal karenanya. Tak ada perjalanan hidup yang seratus persen mulus. Tetapi Allah menegaskan bahwa di dalam kesulitan itu ada unsur-unsur kemudahan. Ia bahkan tidak mengatakan “Sesudah kesulitan ada kemudahan” tapi “sungguh, beserta kesulitan ada kemudahan.” (Qs. Al-Insyirah: 5-6)
Ayat itu bahkan diulang dua kali dalam satu surat, yang menunjukkan sebuah penegasan. Dengan menggunakan logika terbalik, kita bisa menghayati dan merasakan, bahwa unsur-unsur yang ada pada kesulitan itu pada saat yang sama ada yang menjadi simpul-simpul jalan bagi kemudahan yang datang menyertainya. Atau bahkan jika kita cermati, secara tersirat kita dapati bahwa kesulitan bisa menjadi pintu mendatangkan kemudahan.
Contoh mudah saja. Begitu banyak orang, saat melamar suatu pekerjaan, berharap untuk mendapatkan panggilan tes. Karena mendapatkan panggilan tes adalah salah satu pintu yang jika bisa melewatinya maka akan bisa diterima sebagai pegawai.  Jika tidak mendapatkan panggilan tes, bisa jadi si pelamar tidak layak atau telah tersisih dengan kandidat lain. Tes disini bisa menjadi analog bagi sebuah kesulitan yang harus dilewati. Sedangkan mendapatkan pekerjaan atau diterima sebagai pegawai bisa menjadi analog bagi kemudahan.
Mungkin sejauh ini kebanyakan manusia belum meresapi atau menemukan ’formula’ ini karena mempersepsi kesulitan sebagai hal yang negatif. Sedangkan bagi orang-orang yang terbiasa bertafakur, kadangkala doa ”Allah, beri aku duka” adalah hal yang biasa. Karena dengan duka atau kesulitan itu bisa lebih mendekatkan dirinya dengan Allah, sehingga Allah pun senantiasa ’melihat’ nya. Bagi mereka kesulitan adalah kebahagiaan, kemudahan adalah bagian dari kebahagiaan. Mereka memahami bahwa apapun ketetapan Allah adalah bagian dari kasihNya. Bagian dari cara Allah untuk membawa manusia ke dalam keadaan dan derajat yang lebih baik. Apapun –baik tentang kemudahan ataukah kesulitan- ujungnya akan selalu di jumpai ’wajah’ Allah saja. Karena mereka telah menemukan-Nya.

Satu Kesempatan Menuju Kemenangan
Bagi orang-orang yang ‘menemukan’ Allah sangatlah pantas mendapatkan kemenangan. Yaitu jika seseorang mampu menemukan maksud Allah atas kesulitannya, sehingga dia bersabar. “Hai orang-orang yang beriman, berlakulah sabar dan perkuat kesabaran diantara sesama kalian, dan bersiagalah kalian serta bertaqwalah kepada Allah, supaya kalian memperoleh kemenangan.”(QS. Ali Imran: 200).
Dengan kata lain kesulitan justru bisa menjadi satu kesempatan untuk menang. Tentu saja jika orang tersebut bersabar. Dalam sebuah hadits qudsiy telah dituturkan, “apabila telah Kubebankan kemalangan (bencana) kepada salah seorang hambaKu pada badannya, hartanya, atau anaknya, kemudian ia menerimanya dengan sabar yang sempurna, Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari kiamat atau membukakan buku catatan amalan baginya.”(HR. al-Dailamiy, dari Anas ra)
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, penulis berbagai kitab dan murid dari Ibnu Taimiyah, sabar adalah menahan jiwa dari berputus asa, meredam amarah yang bergejolak, mencegah lisan berkeluh-kesah, menahan anggota badan dari berbuat kemungkaran. Sabar merupakan akhlak mulia dari lubuk jiwa. Dengannya akan tegak dan baik segala perkara.
Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR Muslim)
Dan orang-orang yang menemukan hakikat kesulitan inilah, yang kemudian ‘ketagihan’ akan kemenangan. Orang-orang seperti ini dalam dunia motivasi disebut dengan The Climbers (para pendaki). Mereka adalah orang-orang yang beristirahat sejenak setelah selesai satu pekerjaannya, lalu akan berkemas lagi memulai pekerjaan baru (faidza faroghta fanshob, wa ilaa robbika farghab). Dengan kesadaran akan tantangan dan kesulitan baru yang akan mereka jumpai. Dan tentu saja dengan kesadaran akan banyaknya pertolongan Allah atau kemudahan yang ternyata turut menyertai.
Ketua Mer-C (Medical Emergency Rescue Committee), dr. Jose Rizal Jurnalis, saat ditanya kenapa suka dan rela pergi ke beberapa zona perang untuk misi kemanusiaan padahal bisa saja mencapai kemapanan hidup jika pun dengan tinggal dirumah saja, menjawab dengan singkat, “Hidup seperti itu, tidaklah nikmat”.
Pengalaman hidup Ferrasta ‘Pepeng’ Soebardi –dulu dikenal sebagai presenter sebuah acara kuis ‘jari-jari’- mungkin juga bisa menjadi masukan bagi kita tentang indahnya memenangkan pertempuran melawan kesulitan. (blog.bukukita.com)
Pepeng menderita Multiple Sclerosis. Penderita Multiple Sclerosis harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tak bisa sembuh, karena hingga kini belum ditemukan obatnya. Kemudian penderita akan lumpuh dan terus-menerus merasa nyeri yang amat sangat. Kombinasi keduanya menyebabkan penderita mengalami tekanan mental yang berat. Tapi pepeng menghadapinya dengan sabar bahkan berusaha untuk lebih sholih dan terus memberi manfaat untuk orang-orang disekitarnya. Ia masih terus berkarya. Apapun yang ia bisa. Menulis buku, mengisi kuliah psikologi, dan lain-lain meskipun hanya di kamarnya.
“Haqul yaqin, saya tak akan stres,” ujar Pepeng. Pepeng juga menegaskan bahwa ia tidak mau menjadi victim (berputus asa), tetapi harus menjadi survivor sekaligus leader.    Survivor selalu siap menghadapi segala sesuatu, tidak merasa takut sama sekali meski cobaan sangat berat. Survivor bukan berarti menjadi sombong, merasa dirinya bisa mengatasi segala sesuatu.  Melainkan tetap mempunyai keyakinan bahwa Allah lah yang mengatasi segalanya.
Setelah bisa survive ia berusaha untuk take a lead dengan tak pernah kekurangan akal menghadapi kondisi yang serba terbatas. Ketika punya kaki, dia bisa pergi ke mana saja. Ketika lumpuh, dia pun tak lantas larut dalam penderitaan dan menyerah begitu saja. Ia berfikir bagaimana agar tetap bisa pergi tanpa menggunakan kakinya. Ketika seseorang bisa menjaga agar hatinya tak menderita, orang tersebut tak akan sick. Sehingga, apa pun kondisinya, dia akan take a lead. Badan boleh sakit, tapi tak menghalanginya untuk bisa berkontribusi pada keluarga dan lingkungan sekitarnya. “I’m not sick, but pain,” kata Pepeng menggambarkan kondisinya.
Pepeng dengan kestabilan mental sekarang ini ternyata tak lepas dari godaan. Banyak orang yang datang menawarkan kesembuhan, dari ujung yang paling kedokteran sampai ujung yang paling tak karuan. Semua godaan itu diyakini Pepeng sebagai sebuah konsekuensi dari pilihannya dan tantangan baru. Ia tetap memegang prinsip yang ia yakini untuk tak mencoba karena tahu bahwa cara-cara itu melanggar aturan Allah.
Kemudian, contoh yang terdahsyat dari para Climbers, adalah Rasulullah saw. Allah swt menawarkan pada beliau, seluruh bumi dijadikan emas dan diserahkan kepada beliau. Tapi, apa yang Rasulullah saw pilih? Beliau memilih jalan yang dianggap ‘aneh’ oleh sebagian besar orang. Seorang kepala negara, tidur beralaskan rerumputan kasar lagi membekas di punggungnya, tidak makan sebelum yang lain makan, tidak mengambil fasilitas dan harta rampasan perang, tidak menyisakan harta di hari wafatnya karena diserahkan dijalan perjuangan. Beliau adalah seorang sederhana yang penuh cinta dalam pendakian 23 tahun tanpa henti dengan hasil yang sekarang bisa kita nikmati.

Syukur Merubah Kesulitan Menjadi Berkah
Kebahagiaan dalam kehidupan hanya bisa diperoleh jika seorang hamba mampu menemukan Allah. Karena bisa dipastikan, segala urusannya membawa kebaikan. Seorang dokter wanita dari Mer-C yang ditugaskan ke Palestina, menggambarkan keadaan masyarakat sipil disana, saat diwawancara di sebuah talk show populer ‘Kick Andy’ beberapa waktu yang lalu: “Kalau boleh saya katakan, kondisi mereka adalah seburuk-buruknya kondisi yang pernah saya lihat. Tapi saya melihat mereka masih tersenyum,dan beraktivitas seperti biasa. Saat saya tanya, mereka menjawab singkat bahwa untuk apa bersedih kalau mereka dihadapkan pada dua pilihan, dimana kedua pilihan tersebut adalah baik yaitu melanjutkan hidup mulia dengan senyuman, atau mati menjadi korban dengan syahid.”
Kesulitan, saat diterima dengan sabar dan syukur akan membawa energi positif yang kemudian memunculkan jalan-jalan menuju kemudahan. Dengan sabar, yang muncul dari diri kita adalah energi positif. Termasuk persangkaan baik terhadap Allah dan kepada orang-orang disekitar kita. Syukur dipadu dengan persangkaan baik kepada Allah itu, akan masuk ke dalam hati sebagai sebuah do’a. Kemudian akan masuk ke dalam alam sadar menjadi motivasi yang menggerakkan kita secara luar biasa kearah positif.
Sebuah untaian kalimat berikut bisa kita resapi untuk mengukuhkan diri agar selalu bersyukur dan menemukan maksud Allah dalam setiap kesulitan kita.

Sumber: http://hadila.solopeduli.com

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada April 24, 2012 inci Motivasi

 

Tag: , , ,